A.
Fokus Masalah
Fokus penelitian kualitatif yang kemudian disebut fokus penelitian saja, Berisi pokok masalah yang bersifat umum. Dalam mencari fokus penelitian kualitatif
harus jeli terhadap masalah yang paling urgensi atau penting dan
mendesak dalam pemecahannya. Dalam fokus penelitian kualitatif masalah
dikatakan penting atau urgen jika masalah terrsebut tidak dipecahkan melalui
penelitian akan menimbulkan masalah lain. Sedangkan untuk menilai apakah suatu
masalah penting atau tidak maka dilakukanlah sebuah analisis masalah. Dalam
penelitian kualitatif penentuan fokus didasarkan pada tingkat kebaruan
informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan).
Fokus
penelitian kualitatif diperoleh setelah peneliti melakukan grand tour
observation dan grand tour question atau yang disebut dengan penjelajahan umum.
Dari sini peneliti memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap
permukaan situasi sosial. Dari sini diperolehkah fokus penelitian kualitatif
dan untuk memahami secara luas terhadap suatu
masalah maka diperlukan pemilihan fokus penelitian.
Ada 4 alternatif dalam menentukan fokus penelitian
kualitatif
1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan
oleh informan.
2. Menorganisasikan fokus berdasarkan
domain-domain tertentu.
3. Memilih fokus yang mengandung penemuan
untuk mengembangkan iptek.
4. Menetapkan
fokus berdasarkan teori-teori yang telah ada.
Contoh fokus penelitian
“Analisis terhadap peran dan pola hubungan antara Kabupaten,
Kecamatan, dan Kelurahan dalam kerangka Otonomi Daerah “
Beberapa pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana pola hubungan antara Kelurahan dan kecamatan, serta Kecamatan dan kabupaten saat ini?
2.
Apakah ada pengkayaan dan pengurangan wewenang, di ketiga lembaga ini, relatif
dibandingkan sebelum otonomi daerah diberlakukan.
3.
Bagaimana pola hubungan pengelolaan keuangan daerah antara ketiga lembaga tersebut?
4.
Bagaimana kualitas pelayanan menurut rakyat di ketiga lembaga ini?
5.
Kendala kendala apa saja yang dihadapi Bupati, Camat, dan
Lurah (Kepala Desa) dalam hal birokrasi
kepemerintahan?
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan level of explanation
suatu gejala, secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan
masalah yaitu deskriptif, komparatif dan assosiatif.
·
Rumusan masalah deskriptif adalah
suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau
memotret situasi sosial yang akan di teliti secara menyeluruh, luas dan
mendalam.
·
Rumusan masalah komparatif adalah
rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks sosial
atau domain satu di bandingkan dengan yang lain.
·
Rumusan masalah assosiatif atau
hubungan adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi
hubungan antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya.
Setiap peneliti
baik peneliti kuantitatif mau pun kualitatif harus membuat rumusan masalah. Pertanyaan dalam penelitian
kualitatif di rumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam
kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context). Peneliti yang meggunakan
pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya. Ia akan mengembangkan
fokus penelitian sambil mengumpulkan data. Proses seperti ini di sebut “emergent
desingn” (Loncoln dan Guba, 1985:102). Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian tidak di rumuskan atas dasar definisi operasional dari suatu variable
penelitian. Pertanyaan penelitian kualitatif di rumuskan dengan maksud untuk
memahami gejala yang kompleks, interaksi social
yang terjadi, dan kemungkinan di temukan hipotesis atau teori baru.
Langkah - Langkah Perumusan Masalah
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh peneliti dalam membuat rumusan masalah, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan Fokus Penelitian,
3. Menkaji faktor-faktor yang menarik untuk ditelaah,
kemudian menetapkannya faktor mana yang akan dipilih.
4. Mengkaitkan faktor-faktor yang dipilih dengan fokus
penelitian.
Contoh Rumusan Masalah Penelitian Kualitatif
Berikut ini di berikan contoh rumusan masalah dalam
proposal penelitian kualitatif tentang suatu peristiwa.
- Apakah peristiwa yang terjadi dalam situasi
social atau setting tertentu? (Rumusan masalah deskriptif)
- Apakah makna peristiwa itu bagi orang-orang yang
ada pada setting itu? (Rumusan masalah deskriptif)
- Apakah peristiwa itu di organisir dalam pola-pola
organisasi social tertentu? (rumusan masalah assosiatif/hubungan yang akan
menemukan pola organisasi dari suatu kejadian )
- Apakah peristiwa itu di hubungkan dengan
peristiwa lain dalam situasi social yang sama atau situasi social yang
lain (rumusan masalah assosiatif)
- Apakah peristiwa itu sama atau berbeda dengan
peristuwa lain (rumusan masalah komperatif)
C.
Hipotesis
Semula
istilah hipotesis berasal dari
bahasa Yunani yang mempunyai dua kata ialah kata “hupo” (sementara) dan ”thesis
(pernyataan ayau teori).
Karena
hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya. Kemudian para ahli
menafsirkan arti hipotesis adalah sebagai dugaan terhadap hubungan antara dua
variable atau lebih(Kerlinger,1973:18 dan Tuckman,1982:5).
Atas
dasar defenisi diatas,sehingga dapat diartikan bahwa hipotesis adalah jawaban
atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya. Hipotesis
penelitian adalah hipotesis kerja (Hipotesis Alternatif Ha atau H1) yaitu
hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang ada
hubungannya (relevan) dengan masalah penelitian dan belum berdasarkan fakta serta dukungan data yang nyata di
lapangan.
Dalam penelitian ada tahapan yang
harus dilalui, salah satunya adalah tahapan hipotesis. Pada proses penelitian kualitatif, yang
model analisisnya menggunakan beberapa siklus tahapan,
tahap setiap siklusnya melibatkan pengumpulan data, yang dilanjutkan dengan
analisis data, dan berakhir dengan kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari
satu siklus ini akan divalidasi dengan siklus berikutnya untuk memperoleh
kesimpulan yang lebih terpercaya, dan diteruskan lagi ke siklus seterusnya
(snow balling technique) sampai dihasilkan kesimpulan yang paling valid.
Sebelum menjadi kesimpulan akhir, kesimpulan dari setiap siklus antara tersebut.menjadi kesimpulan sementara
(temporary). Kesimpulan sementara ini disebut hipotesis empiris.
D.
Asumsi
Setelah peneliti menjelaskan
permasalahan secara jelas, yang dipikirkan selanjutnya adalah suatu gagasan
tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Dalam
hal ini peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang
kedudukan permasalahan yang sedang diteliti. Asumsi yang harus diberikan
tersebut, diberi nama asumsi dasar atau anggapan dasar. Anggapan dasar ini
merupakan landasan teori di dalam pelaporan hasil penelitian nanti.
Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad
M.Sc.Ed. anggapan dasar atau postulat merupakan sebuah titik tolak pemikiran
yang kebenarannya diterima oleh penyelidik, dimana setiap penyelidik dapat
merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik yang mungkin meragukan
sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai suatu kebenaran.
Peneliti
perlu merumuskan anggapan dasar :
- Agar ada dasar berpijak yang
kokoh bagi masalah yang sedang diteliti
- Untuk mempertegas variabel yang
menjadi pusat perhatian
- Guna menentukan dan merumuskan
hipotesis
Contoh Asumsi
Judul penelitian :
“Studi tentang peranan orang tua
terhadap pilihan profesi anak SMA se-Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Anggapan dasar yang dapat dirumuskan
antara lain :
1. Hubungan antara anak
dengan oranga tua cukup erat.
2. Anak tahu tentang keadaan
orang tuanya ( pendidikan, pekerjaan, cita – cita terhadap dirinya dsb ).
3. Anak SMA sudah memahami
berjenis jenis profesi yang ada, baik dalam wilayah yang sempit maupun wilayah
yang luas.
EmoticonEmoticon