Selasa, 03 Mei 2016

Ternyata Ada Peran Putera Aceh Saat Pembebasan Sandera Abu Sayyaf

Tags

JAKARTA | Mayjen Purnawirawan Kivlan Zen tiba-tiba menjadi perhatian. Namanya muncul sebagai salah seorang negosiator dan pemegang peran penting dalam upaya pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Bagaimana sepak terjangnya? 


Mayjen Purnawirawan Kivlan Zen

Perang penting Kivlan diceritakan salah seorang sumber yang tahu soal operasi tersebut. Menurut sumber tersebut, Kivlan terlibat dalam upaya negosiasi. Di sisi lain, ada tim berbeda yang bergerak juga melakukan upaya pembebasan. Kivlan sudah masuk ke Filipina sejak awal April lalu, bersama seorang staf dan penerjemah, dilansir Detik.

Pada Minggu 1 Mei 2016 malam, Kivlan mengatakan mendapat bantuan dari Gubernur Sulu Toto Tan di Filipina. Sang gubernur adalah keponakan dari mantan pimpinan The Moro National Liberation Front (MNLF) Nur Misuari. Kivlan mengaku berteman dengan Nur Misuari saat dirinya bertugas di pasukan perdamaian Filipina Selatan tahun 1995-1996. Kala itu Indonesia memang terlibat dalam proses perdamaian di wilayah konflik tersebut.

Pada suatu ketika, Nur Misuari dan Kivlan pernah bertemu dan sejak saat itu keduanya menjadi teman. Lewat Nur Misuari, Kivlan berhasil melakukan kontak dengan kelompok Abu Sayyaf dan menjalin komunikasi intens.

Mantan Kepala Staf Kostrad ini secara tegas mengatakan pembebasan 10 WNI tidak melibatkan uang tebusan. Bahkan uang tebusan yang disiapkan perusahaan tempat 10 WNI bekerja tidak dipergunakan.
Hingga akhirnya, 10 WNI itu diturunkan oleh penyandera di luar rumah Gubernur Sulu pada Minggu dini hari. Mengetahui ada orang Indonesia di luar, Gubernur Sulu Toto Tan memasukkan 10 orang itu ke dalam rumah. Gubernur menjamu para sandera dengan makan nasi dengan lauk ikan goreng dan ayam goreng. Setelah itu mereka dibawa ke Provinsi Zamboanga, kemudian diterbangkan ke Jakarta.

Bagaimana profil Kivlan? Dari sejumlah catatan, Kivlan lahir pada 24 Desember 1946 di Kota Langsa, Aceh. Pria yang datang dari keluarga perantau Minangkabau tersebut lulusan dari Akademi Militer tahun 1971. Kivlan sering terlibat di pasukan tempur.

Jabatan terakhirnya sebelum pensiun adalah Kepala Staf Kostrad dengan pangkat mayor jenderal. Tahun 1995-1996 Kivlan terlibat dalam operasi perdamaian di Filipina. Dia juga pernah mendapatkan penghargaan Filipina Pridentialbath.

Perjalanan karier Kivlan terbilang mulus, untuk naik ke brigadir jenderal dari posisi kolonel, dia hanya butuh waktu 18 bulan. Sebelumnya karier Kivlan sempat tersendat, pangkatmayor sempat disandangnya selama enam tahun dan letnan kolonel baru dia dapatkan setelah tujuh tahun saat dia bertugas di Timor Timur.
Sedangkan pangkat kolonel baru didapatnya pada tahun 1994. Karier puncaknya dia dapatkan sampai jabatan Kepala Staf Kostrad dengan pangkat mayor jenderal dimasa peralihan dari Orde Baru keOrde Reformasi. Setelah itu bintangnya pun meredup seiring berubahnya angin politik di Indonesia


EmoticonEmoticon